TANAH ANDOSOL

Kata Andosol berasal dari kata
“Ando” yang berarti hitam dan kata “sol” yang artinya tanah. Maka Andosol itu
berarti tanah yang berwarna hitam. Tanah Andosol / tanah vulkanis ini memiliki
ciri khas yang sangat mudah dikenal. Sesuai namanya, tanah ini memiliki warna
yang gelap atau hitam, abu-abu, coklat tua hingga warna kekuningan. Tanah ini
berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh
karenanya, tanah ini mudah dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi.
Tanah Andosol ini sangat subur
untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung,
bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi salah
satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini. Tanah ini mudah saat diolah.
Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu kelebihannya memiliki pori-pori
tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar tanaman. Sehingga
tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen yang lebih tinggi karena
tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup. Tanah Andosol ini biasanya
digunakan sebagai lahan perkebunan untuk menanam tanaman seperti the, kopi,
pinus, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan tanah ini memiliki unsur hara sedang
hingga rendah (N,P, dan K). Selain sebagai lahan perkebunan, tanah Andosol ini
juga dapat dipakai sebagai lahan pertanian, biasanya dimanfaatkan untuk sawah,
sayur-sayur, bunga potong, dan juga palawija. Walaupun memilik banyak
kelebihan, tetapi tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula tanah ini.
Tanah ini memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah :
Mudah Longsor
Tanah ini memiliki tekstur tanah
yang gembur. Walaupun mudah saat pengolahannya, tanah dengan tekstur ini dapat
menjadi masalah karena dengan kondisi tekstur yang gembur dan rapuh membuat
tanah jenis ini sangat mudah terseret oleh air hujan, angin dan longsor atau
mengalami erosi. Karena kekurangan itulah, para petani banyak menyiasatinya
dengan menggunakan sistem tanam berteras. Semua tau apa itu sistem tanam
berteras? Sistem tanam berteras menyiasati tanah yang muda longsor ini dengan
menanam rumput atau juga tanaman keras penguat teras di antara sela-sela teras
bertingkat.
Secara Ringkas Tanah Andosol :
- Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
- Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
- Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
- Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
TANAH MERGEL

Tanah mergel
adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir dan tanah liat.
Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang
tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di
lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
Ciri-ciri
Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan
banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah.
Persebaran
Sekitar Pulau Jawa, missal Solo (Jawa Tengah),
Madiun, dan Kediri
(Jawa Timur).
Suhu
Karena banyak terdapat di lereng pegunungan (curah
hujan di lereng pegunungan tidak tentu, karena daerah baying-bayang hujan) dan
dataran rendah. Maka dapat kita lihat tanah ini merupkan tanah suhunya
tinggi.
TANAH GAMBUT
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari
akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk;
oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi[1].
Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan
basah ini disebut dalam bahasa
Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di
berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor,
muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut
sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4
trilyun m³,
yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km²
atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira
8 miliar terajoule
Pembentukan gambut
Gambut terbentuk tatkala
bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di
lahan-lahan berawa,
karena kadar keasaman
yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian
besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan,
bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan
pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi,
sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan
gambut.
Lazimnya di dunia, disebut
sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan
tetapi hutan-hutan rawa gambut di
Indonesia
umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm.
Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan
gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada
komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada
kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian
akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di
lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog
menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim pada masa lampau. Demikian
pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah
penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi
dapat merekonstruksi gambaran ekologi pada masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut
juga merupakan tahap awal pembentukan batubara.
Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah
lintang
tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini
masih terus bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter
setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta
tahun silam; dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
Pemanfaatannya tanah gambut untuk pertanian
pasang surut
Persebaran tanah gambut berada di Pantai
timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera,
Seram, Papua, Pantai Selatan
TANAH KAPUR

Tanah kapur atau
tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari bebatuan kapur yang sudah melapuk.
Tanah kapur tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga tanah ini tidak
subur. Walaupun demikian tanah ini masih bisa digunakan untuk pertanian yaitu,
sebagai media penurun tingkat keasaman tanah menjadi netral dengan pemakaian
yang sesuai.
Kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah.
Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda.
Kandungan kapur
dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan atas tentu
berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan
bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan
induk yang ada pada lokasi tanah tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan
dan perkembangan profil tanah sangat bergantung pada besarnya air yang mampu
melewati lapisan tanah.
Selain sebagai
untuk bahan menetralkan tingkat keasaman tanah, batuan kapur banyak
dimanfaatkan manusia sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan kapur
digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan
khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer
dan sebagai bahan campuran adonan semen.
Di Indonesia
tanah kapur ini banyak di jumpai di Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Jawa tengah merupakan pusat produksi pupuk kapur atau dolomit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar