Sabtu, 27 September 2014

JENIS TANAH




TANAH  ANDOSOL



Kata Andosol berasal dari kata “Ando” yang berarti hitam dan kata “sol” yang artinya tanah. Maka Andosol itu berarti tanah yang berwarna hitam. Tanah Andosol / tanah vulkanis ini memiliki ciri khas yang sangat mudah dikenal. Sesuai namanya, tanah ini memiliki warna yang gelap atau hitam, abu-abu, coklat tua hingga warna kekuningan. Tanah ini berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh karenanya, tanah ini mudah dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi.
Tanah Andosol ini sangat subur untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung, bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi salah satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini. Tanah ini mudah saat diolah. Mudah untuk  saat dicangkul dan salah satu kelebihannya memiliki pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar tanaman. Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen yang lebih tinggi karena tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup. Tanah Andosol ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan untuk menanam tanaman seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan tanah ini memiliki unsur hara sedang hingga rendah (N,P, dan K). Selain sebagai lahan perkebunan, tanah Andosol ini juga dapat dipakai sebagai lahan pertanian, biasanya dimanfaatkan untuk sawah, sayur-sayur, bunga potong, dan juga palawija. Walaupun memilik banyak kelebihan, tetapi tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula tanah ini. Tanah ini memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah :
Mudah Longsor
Tanah ini memiliki tekstur tanah yang gembur. Walaupun mudah saat pengolahannya, tanah dengan tekstur ini dapat menjadi masalah karena dengan kondisi tekstur yang gembur dan rapuh membuat tanah jenis ini sangat mudah terseret oleh air hujan, angin dan longsor atau mengalami erosi. Karena kekurangan itulah, para petani banyak menyiasatinya dengan menggunakan sistem tanam berteras.  Semua tau apa itu sistem tanam berteras? Sistem tanam berteras menyiasati tanah yang muda longsor ini dengan menanam rumput atau juga tanaman keras penguat teras di antara sela-sela teras bertingkat.

Secara Ringkas Tanah Andosol  :
  • Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
  • Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
  • Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
  • Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi

TANAH  MERGEL


Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
Ciri-ciri
Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah.
Persebaran
Sekitar Pulau Jawa, missal Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
Suhu
Karena banyak terdapat di lereng pegunungan (curah hujan di lereng pegunungan tidak tentu, karena daerah baying-bayang hujan) dan dataran rendah. Maka dapat kita lihat tanah ini merupkan tanah suhunya tinggi.




TANAH  GAMBUT

Tanah Gambut

Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi[1]. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule

 

Pembentukan gambut

Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim pada masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi pada masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
Pemanfaatannya tanah gambut untuk pertanian pasang surut
Persebaran tanah gambut berada di Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan


TANAH  KAPUR




Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari bebatuan kapur yang sudah melapuk. Tanah kapur tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga tanah ini tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih bisa digunakan untuk pertanian yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman tanah menjadi netral dengan pemakaian yang sesuai.

Kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah.

Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda.

Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi tanah tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah.

Selain sebagai untuk bahan menetralkan tingkat keasaman tanah, batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan kapur digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan sebagai bahan campuran adonan semen.

Di Indonesia tanah kapur ini banyak di jumpai di Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa tengah merupakan pusat produksi pupuk kapur atau dolomit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar