Kekurangan zat pembangun atau protein
merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kekurangan zat pembangun
atau protein disebabkan karena defisiensi makronutrient (zat gizi makro).
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi
makronutrient kepada defisiensi mikronutrient, tetapi beberapa daerah di Indonesia
prevalensi kekurangan zat pembangun atau protein masih tinggi (> 30%) sehingga
memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi kekurangan zat
pembangun atau protein (KEP).
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan
kwashiorkor, marasmus, dan marasmik kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena
kurang protein. Marasmus disebabkan karena kurang energi dan marasmik
kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. Adapun yang menjadi
penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu
yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga rumahtangga
miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata
pencaharian. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal
sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan
kelaparan merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I
dengan banyaknya kasus HO dan kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu
tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan pertanian untuk mencukupi kebutuhan
pangan penduduk merupakan tulang punggung pembangunan nasional kita. Bahkan
sejak Repelita III pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi secara
eksplisit juga untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat.
1. Kwasiorkor.
Istilah
kwashiorkor pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun 1933,
ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dimana dalam bahasa Ghana
kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua
sedang ditungu kelahirannya.
Kwashiorkor lebh
banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak
yang terlambatmenyapih, sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama
dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadipada konsumsi energi yang cukup
atau lebih.
Gejalanya :
- Pertumbuhan terhambat.
- Otot-otot berkurang dan lemah.
- Edema.
- Muka bulat seperti bulan (moonface)
- Gangguan psikimotor.
Ciri khas dari
kwashiorkor yaitu terjadinya edema di perut, kaki dan tangan. Kehadiran
kwashiorkor erat kaitannya dengan albumin serum. Pada kwashiorkor gambaran
klinik anak sangat berbeda. Berat badan tidak terlalu rendah, bahkan dapat
tertutup oleh adanya udema, sehingga penurunan berat badan relatif tidak terlalu
jauh, tetapi bila pengobatan odema menghilang, maka berat badan yang rendah
akan mulai menampakkan diri. Biasanya berat badan tersebut tidak sampai dibawah
60 % dari berat badan standar bagi umur yang sesuai.
Ciri-ciri :
- Rambut halus, jarang, dan pirang
kemerahan kusam.
- Kulit tampak kering (Xerosis)
dan memberi kesan kasar dengan garis-garis permukaan yang jelas.
- Didaerah
tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan hyperpigmentasi
dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan dasar yang
licin berwarna putih mengkilap.
- Perut anak
membuncit karena pembesaran hati.
- Pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.
2. Marasmus.
Marasmus berasal
dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus umumnya merupakan
penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan
tambahan. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti
ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus berpengaruh
dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki.
Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar negara sedang berkembang dan lebih banyak dari kwashiorkor.
Gejalanya :
- Pertumbuhan terhambat.
- Lemak dibawah kulit berkurang.
- Otot-otot berkurang dan melemah.
- Erat badan lebih banyak terpengaruh dari pada ukuran kerangka, seperti : panjang, lingkar kepala dan lingkar dada.
- Muka seperti orang tua (oldman's face).
- Lemak dibawah kulit berkurang.
- Otot-otot berkurang dan melemah.
- Erat badan lebih banyak terpengaruh dari pada ukuran kerangka, seperti : panjang, lingkar kepala dan lingkar dada.
- Muka seperti orang tua (oldman's face).
Pada penderita
marasmus biasanya tidak ada pembesaran hati (hepatomegalia) dan kadar lemak
serta kholesterol didalam darah menurun. Suhu badan juga lebih rendah dari suhu
anak sehat, dan anak tergeletak in-aktif, tidak ada perhatian bagi keadaan sekitarnya.
3. Marasmik Kwashiorkor
Marasmik kwashiorkor adalah suatu sindrom
protein calorie malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga
terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan
sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar